Kasmaran di Balik Modus

Tidak ada komentar
Haaahhh. Untung gak kesiangan kuliah hari ini. Meskipun Dosen sudah standby di kelas. Seperti biasa ku tutup pintu kelas, dan kulihat wajah-wajah teman memandang ke arahku.

Aku biasa duduk di bangku paling depan, sebuah rekor yang kupertahankan sejak baru masuk kuliah. Seperti biasa, Dosen menyapa dan mulai sedikit membuka perkuliahan. Hari ini Bu Diah, Dosenku, tidak terlalu banyak mengumbar kata dan membual materi. Karena hari ini ada 2 kelompok selanjutnya yang akan presentasi. Yaitu kelompok Rasikhah, cewek yang super alim. Dan kelompok Rouf, si tukang usil tapi super telaten.

Aduuuhh. Itu powerpoint apa makalah. Banyak banget uraiannya. Maklum budaya kopas masih bertahan dikalangan mahasiswa sekelasku. Hmmm. Ironis. Alhasil aku hanya bermain gadget dan membuat jarkom jadwal dikusi KAT besok. Aku mengirimnya ke 4 cewek yang baru masuk, Rieska, Jinan, Isma dan Irfani, dan sekretarisku Nadia. Dan fix mereka bersedia hadir, hehehe kesempatanku untuk melihat wajah cantiknya Rieska. Yang aku suruh membawa jus besok. Entah apakah dia mau bawa atau tidak, ini cuma ngetes, kalo dia bawa, aku bayar aja. 

Hah, boriiiing sumpah. Presentasi yang gak jelas, ditambah rumitnya teks yang ada dipowerpoint, rasanya ingin cepat pulang. Kulihat jam tanganku berulang kali, berharap jarum jam cepat menunjukkan pukul 15:30. Ngantuk pun tidak terhindarkan dan mulai menyerang. Aku mencoba terus berfikir pertanyaan apa yang bisa aku ajukan untuk kelompok terakhir ini, supaya rasa kantukku bisa hilang. 

Aku pun hanya mengajukan pertanyaan. Dan jawabannya sungguh tidak jelas, membuatku sedikit berdebat dengan mereka. Kulihat Rangga memberiku isyarat agar menerima jawaban yang diberikan Rouf, mungkin agar cepat selesai presentasinya dan pulang. Ok aku menerimanya, walaupun sangat belum jelas apa jawabannya. Hmmm. Untuk apa presentasi jika tidak ada pemahaman yang bisa aku dapat dan mungkin juga teman-teman lainnya.

Yes. Perkuliahan pun selesai. Sungguh menjenuhkan.

Seperti biasa, setelah keluar kelasku di Z9 lantai 2 gedung Z. Aku dan teman-temanku berbondong berjalan menuju kantin Kopma. Sudah menjadi kebiasaan kita untuk ngopi bersama melepas penat perkuliahan. 

Tiba di depan kantin Kopma, acara yang dilangsungkan Dema semenjak 3 hari lalu masih berlangsung. Kulihat Lisna, tetangga kelasku, menjadi MC di acara itu. Aku hanya terus berjalan menuju kantin, karena sudah tidak sabar membeli kopi hitam favoritku ditambah rokok kretek nikmat Sampoerna. Kutapaki tanjakan tepat di depan kantin Kopma, yang pada saat hujan sangatlah licin. Tak sedikit mahasiswa yang menjadi korban jatuh di tanjakan yang landai ini. Sampaiku di pintu masuk kantin, terlihat puluhan mahasiswa-mahasiswa membentuk kelompok-kelompok saling mengobrol riuhkan suasana. Tak lama akupun berjalan menuju warung babeh langgananku.

“Mih, pesan kopi hitam Mih”, pintaku ke Mamih. Wanita paruh baya, yang biasa dipanggil Mamih. Entah nama aslinya aku tidak tahu. “Ok”. Jawab mamih.

Akupun berdiri di warung sebelah warung mamih. Menunggu siapnya kopi hitam yang sudah tidak sabar untuk aku nikmati. Sedikit memantau situasi, kulihat jejeran mahasiswi duduk di depan meja panjang kantin Kopma. Ah. Tak ada yang menarik. Semuanya biasa saja. Hingga akhirnya, ku terpana pada satu arah. Jreeenng. Itukan cewek yang biasa aku lihat di gedung Z. Yang dulu sempat aku sapa dengan nama Riezka, tapi tidak menoleh.  Hiks.

Ini kesempatanku untuk berkenalan, siapakah namanya. Perempuan yang bergitu manis paras senyumnya. Mata besarnya pancarkan keindahannya. “Jang, ini kopinya”, mamih memanggilku pertanda kopi sudah jadi. hah. Sedikit iklan. 

Hmmm. Aku terus berfikir dan memadukan teori yang pernah aku baca bagaimana berkenalan dengan cewek asing, cantik dan tidak grogi di dekatnya. Aha. Akhirnya aku dapat ide. 

“Makasih ya mih”, ucapku dengan memberi uang 2rb untuk membayar kopi. Akupun langsung berjalan langkah-demi langkah menelusuri pinggiran meja kantin Kopma yang panjang dan penuh dengan mahasiswa-mahasiswa yang enggan beranjak dari kursinya. Akupun berperang dengan diriku sendiri. “kenalan atau tidak, kenalan, tidak, kenalan, tidak”. Hingga di langkah terakhir antara pintu keluar dan jalan menuju meja cewek itu akupun merasa ledakan besar terjadi dalam benakku. 

“aaahhh, peduli setan”. Akupun langsung membaikkan badan, saat melangkah satu langkah ke pintu keluar. 

Kulirik terus kopiku agar dia tidak menyadari aku sedang menghampirinya. Hingga akhirnya kuletakkan kopiku di meja, tepat di depannya. “Kamu Riska kan?”, tembakku bertanya. Kulihat paras kaget, terpancar dalam wajah cantiknya. “hah”, ucapnya dan teman disebelahnya pertanda keanehan sedang terjadi dalam kisah hidupnya.

“bukan iih”, jawabnya. “kamu riska kan, pacarnya wildan”, tanyaku kembali. Wildan adalah temanku seorganisasi di Bingkai BPI. “bukan, bukan”, wajahnya tetap terlihat sedang merasa aneh, begitupun temannya. 

“waduh, masa sih. Mirip banget soalnya. Kamu yang masuk bingkai itu kan?” tanyaku kembali, seolah meyakinkan diri. Dan tetap akhirnya dia menjawab bukan. 

“aduuuh, berarti bukan. Emang kamu jurusan apa”, tanyaku kembali. “KPI”, jawab mereka. 

Aha. Ini tanda bahwa mereka sedang dalam keadaan Green, yang berarti ada kesempatan untuk berkenalan.  Tapi tiba-tiba. “kamu Ramdan kan?”, tanya temannya padaku. Buset, belum juga kenalan dia udah tahu namaku. “kamu ramdan kan, yang waktu itu salah kelas?”, tanyanya kembali. Waduh salah kelasnya sih aku ingat. Tapi mereka yang aku ga ingat. “iya, kok tau sih. Aneh”, jawabku aneh. 

“jadi kalian yang waktu itu aku salah kelas?, maaf deh beneran ga inget”. Syukur deh, aku tidak perlu memperkenalkan namaku, tinggal aku yang mau tau siapa nama mereka. Tapi temennya bertanya lagi. “kamu yang HMI itu bukan?”. 

“HMI?”, tanyaku balik.
“ampun deh, dasar pelupa, kita kan satu kelompok”, jawabnya.
“oia?, maaf deh aku beneran ga inget, emang kamu siapa?”,
“aku jae?” jawab temannya itu. Lalu aku lanjutkan bertanya ke cewek sasaranku, “terus nama kamu siapa?”.
“Ulfa”, jawabnya dengan senyum yang amat manis. 

Selama beberapa menit, kita asik mengobrol dengan gelak tawa yang tak tertahankan. Mengingat masa lalu yang lucu dan tidak disangka-sangka teralami oleh kita bertiga. Kejadian-kejadian aneh yang ga terpikirkan bisa berakhir kenalan di kantin Kopma. Haha. Aneh.

Kopiku sudah mulai terasa dingin, dan tidak akan enak lagi saat kupadukan dengan rokok kretekku. Hmmm. Kayaknya sudah cukup untuk mengbrol. “Jae, punya PIN BB?”, tanyaku. “ga punya uy”, jawabnya. 

“yaudah nomer kontakmu aja”, lanjutku sambil mengetik nomor yang dia sebutkan.
“oke, ulfa, masukin pin BB kamu nih”, ucapku dengan menyodorkan handphoneku padanya. 

Yesssssss. Berhasil !. saat itu juga Ulfa menerima invite BBM ku. Kulihat dalam layar, “Ulfa Fauziah Zahra telah menjadi kontak”. 

“ok jae, ulfa. Aku duluan, mau ke temen-temenku nih”, ucapku mengakhiri pembicaran. “OK”, jawabnya.

Sebuah kebanggan aku ikrarkan atas kemajuanku mendekati perempuan yang rupawan. Sudah cukup aku gagal dalam percintaan. Kini ku bangkitkan semangat untuk lebih banyak mengenal para perawan. Yang cantik, yang biasa. Semuanya. 

Kulanjut berjalan menuju teman-temanku yang biasa nongrong di tenda dekat kantin Kopma. Tapi ternyata mereka semua duduk tepat disamping aku, Ulfa dan Jae mengobrol. “eh geuning didieu brow”, sapaku pada mereka.

Ku duduk bersama mereka. Mengobrol, dan bercanda tertawa bersama. Dan sedikit kuceritakan tentang diri Ulfa pada mereka. Hmmm.. hari yang Indah.

Lentera News
Rahasia Cinta Mewra 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts